Jumat, 24 Juni 2016

laporan sifat fisik tanah

 Goforest. Berikut merupakan contoh laporan ilmu tanah hutan dengan judul sifat fisik tanah.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit. Pembentukan tanah dari bongkahan bumi mulai dari proses-proses pemecahan atau penghancuran dimana bahan induk berkeping-keping secara halus.Kompenen tanah (mineral, organic, air dau udara) tersusun antara satu dan yang membentuk tanah. Tubuh tanah dibedakan atas horizon-horizon yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah sebagai hasil proses pedogenesis.Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah. Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup.

Ciri-ciri morfologi tanah merupakan petunjuk dari proses-proses yang pernah dialami sesuatu jenis tanah selama pelapukan, pembentukan dan perkembangannya. Perbedaan faktor-faktor pembentuk tanah, akan meninggalkan ciri dan sifat tanah yang berbeda pula pada suatu profil tanah.
Struktur tanah adalah susunan butir-butir primer tanah dan agregat-agregat primer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-bidang yang disebut agregat. Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain.
sejajar dengan permukaan tanah sebagai hasil proses pedogenesis.
Profil dari tanah mineral yang telah berkembang lanjut biasanya memiliki horison-horison sebagai berikut: O – A – E – B – C – R.
Keterangan:
1. Horison O adalah horison yang terdiri dari bahan serasah atau sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa). Horison ini ditemukan terutama pada tanah-tanah hutan yang masih utuh. Merupakan horison organik yang terbentuk diatas lapisan tanah mineral
2. Horison A1 adalah horison mineral berbahan organik tanah (BOT) tinggi sehingga berwarna agak gelap. A2 – Horison dimana terdapat pencucian (eluviasi) maksimum terhadap liat, Fe, A dan bahan organik. A3 – Horison peralihan ke B, lebih menyerupai A
Horison dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral. Merupakan horison eluvasi, yaitu horison yang mengalami pencucian.
3. Horison E adalah horison mineral yang telah tereloviasi (tercuci) sehingga kadar BOT, liat silikat, Fe dan Al rendahtetapi kadar pasir & debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten lainnya tinggi serta berwarna terang.
4. Horison B adalah horison illuviasi yaitu horison akumulasi bahan eluvial dari horison diatasnya.
5. Horison C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk atau belum terjadi perubahan secara kimiawi
6. R adalah bahan induk tanah.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah.


B. Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut.
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja factor-faktor yang mempengaruhi tanah.
2.      Agar mahasiswa dapat mengetahui dan membedakan horizon tanah.

C. Lokasi Praktikum
Lokasi dilakukannya praktikum ini adalah didaratan dekat rawa-rawa Universitas Lampung.


II.TINJAUAN PUSTAKA

Apabila kita menggali lubang pada tanah, maka kalau kita perhatikan dengan teliti pada masing-masing sisi lubang tersebut akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di suatu tempat ditemukan lapisan pasir berselang-seling dengan lapisan liat, lempung atau debu, sedang di tempat lain ditemukan tanah yang semuanya terdiri dari liat, tetapi di lapisan bawah berwarna kelabu dengan bercak-bercak merah, di bagian tengah berwarna merah, dan lapisan atasnya berwarna kehitam-hitaman. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk karena dua hal yaitu (Hardjowigeno, 1987).

Struktur tanah dapat dibagi dalam struktur makro dan mikro. Struktur makro/struktur lapisan bawah tanah adalah penyusunan agregat-agregat tanah satu dengan yang lainnya sedangkan struktur mikro adalah penyusunan butir-butir primer tanah ke dalam butir-butir majemuk/agregat-agregat yang satu sama lain dibatasi oleh bidang-bidang belah alami.
Struktur tanah menggambarkan cara bersatunya partikel-partikel primer tanah (pasir, debu dan liat) menjadi butir-butir (agregat) tanah. Agregat yang terbentuk secara alami dinamakan ped. Struktur tanah dijelaskan dalam bentuk ukuran dan tingkatan perkembangan ped (Tym, 2001).

Sifat – sifat fisika tanah terdiri dari :
1.    Batas - batas horison, dalam pengamatan tanah di lapangan ketajaman peralihan horison – horison ini diberikan kedalam beberapa tingkatannya yaitu ( lebar peralihan kurang dari 2,5 cm dan berangsur )
2.    Warna tanah merupakan petunjuk beberapa sifat tanah karna warna tanah menunjukan apabila makin tinggi bahan organik, warnah tanah semakin gelap. Di daerah berdrainase buruk yaitu daerah yg selalu tergenang air seluruh tanah berwarna abu-abu karna senyawa Fe terdapat dalam keadaan reduksi. Pada tanah yang berdrainase baik yaitu tanah yang tidak pernah terendam air  Fe terdapat dalam keadaan oksidasi.
3.    Tesktur tanah, tekstur tanah menujukkan halus kasarnya tanah dari fraksi tanah halus (2mm). Tanah dikelompokkan kedalam beberapa tekstur tanah yaitu: kasar, agak kasar, sedang, agak halus dan halus.
4.    Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir butir tanah . Struktur ini terjadi karena butir butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik oksida besi dan lain lain.
5.    Konsistensi menunjukkan kekuatan daya kohesi butir – butir tanah dengan benda lain. Tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah di olah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.
6.    Drainase tanah. Klas drainase ditentukan dilapangan dengan melihat adanya gejala gejala pengaruh air dalam penampang tanah.
Bulk density (kerapatan lindat). Menunjukan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori – pori tanah. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah (Hardjowigeno, 1987).

Hasil pelapukan batuan-batuan yang bercampur dengan sisa batuan dari organisme yang hidup diatasnya. Selain itu, terdapat pula udara dan air di dalam tanah. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ketempat lain, disamping pencampuran bahan organik di dalam proses pembentukan tanah, terbentuk pula lapisan-lapisan tanah (Hardjowigeno, 1987).

Pembentukan lapisan atau perkembangan horizon dapat membangun tubuh alam yang disebut tanah. Tiap tanah dicirikan oleh susunan tertentu horizon. Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap profil tanah terdiri atas dua atau lebih horizon utama. Tiap horizon dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat morfologis lainnya (Pairunan, 1985).

Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah ulang lebih tepat. Adapun faktor-faktor pembentuk tanah yaitu, bahan induk, organisme, topografi, iklim, waktu. Adanya beberapa tingkatan atau variasi faktor-faktor pembentuk tanah maka potensi untuk membentuk berbagai jenis tanah yang berbeda adalah amat besar (Foth, 1998).

Faktor-faktor pembentukan tanah
1.      Bahan Induk
Keadaan alami bahan induk akan mempunyai pengaruh terputus pada sifat-sifat tanah muda, mereka dapat memakai satu pengaruh pada tanah-tanah tua yang ada. Sifat bahan induk yang memakai satu pengaruh yang mendalam pada perkembangan tanah termasuk tekstur, komposisi mineral dan tingkat stratifikasi. Pembentukan tanah dapat dimulai segera setelah penimbunan abu vulkanik, tetapi harus menunggu penghancuran batuan keras secara fisik dimana granit dibuka. Selama stadium awal pembentukan tanah, penghancuran dapat membatasi laju dan kedalaman perkembangan tanah, dimana laju dan penghancuran batuan melebihi laju perpindahan bahan oleh erosi, tanah-tanah produktif dengan solum tebal dapat berkembang dari batuan dasar.
2.      Iklim
Pengaruh iklim yang penting yang mempengaruhi pembentukan tanah adalah dan temperatur. Iklim juga mempengaruhi pembentukan tanah secara tidak langsung yang menentukan vegetasi alami. Tidaklah terlalu mengejutkan bahwa terdapat beberapa penyebaran iklim, vegetasi dan tanah yang paralel di permukaan bumi. Setiap kenaikan 10°C akan menaikkan laju reaksi kimia dua sampai tiga kali. Meningkatnya pelapukan dan kandungan liat terjadi dengan meningkatnya rata-rata temperatur tanah. Rupanya hanya tanah-tanah yang sangat muda mempunyai pengaruh iklim yang konstan selama genesa tanah.
3.   Organisme
Tanaman mengabsorbsi unsur hara dari tanah dan mengangkut nutrien ke tajuk tanaman, bila tajuk mati dan jatuh ke permukaan tanah perombakan bahan organik akan melepaskan unsur hara untuk kesuburan dirinya sendiri.
Profil tanah rumput mengandung lebih banyak bahan organik terdistribusi lebih uniform di dalam tanah daripada tanah hutan. Tanah dengan vegetasi hutan mempunyai kira-kira separuh dari kandungan bahan organik dan terdistribusi tidak merata dengan tingkat perkembangan profil tanah lebih sempurna. Horizon-horizon pada solum lebih asam dan % jenuh basa yang rendah dan lebih banyak liat yang dipindahkan dari horizon A ke horizon B. Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral.
4.      Topografi
Topografi mengubah perkembangan profil tanah dalam tiga cara, yaitu (1) dengan mempengaruhi jumlah presipitasi yang diabsorbsi dan ditahan dalam tanah, oleh karenanya mempengaruhi kelembaban, (2) dengan mempengaruhi kecepatan perpindahan tanah oleh erosi, (3) dengan mengarahkan gerakan bahan-bahan dalam suspensi atau larutan dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Pada skope yang lebih besar terjadi penghanyutan (erosi) tanah secara kontinue sehingga akan muncul soil-soil kepermukaan tanah dan peristiwa ini akan memodifikasi profil. Konsekuensinya tanah-tanah pada kemiringan besar memiliki solum yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah dibandingkan dengan tanah pada bergelombang dan datar. Drainase yang baik, warna bahan tanah pada daerah-daerah rendah akan berubah dari kuning merah dan cokelat, menunjukkan aerasi tanah yang baik dengan kondisi oksidasi. Drainase buruk, berwarna kelabu dan ditemukannya sejumlah karatan-karatan berwarna kuning sebagai akibat reduksi besi ferri menjadi besi ferro.
5.      Waktu
Tanah sebagai hasil evolusi berubah secara tetap seperti perubahan bentuk bumi. Mereka mempunyai siklus hidup dengan keadaan yang sama dimana bentuk muka bumi lambat laun menembus suatu siklus. Siklus hidup tanah teristimewa termasuk stadium bahan induk, tanah muda, tanah matang dan tanah tua. Pada tanah-tanah muda kandungan bahan organik meningkat dengan cepat sebab laju pertambahan melebihi laju dekomposisi. Kematangan dicirikan oleh kandungan bahan organik yang konstan sebagai penambah diimbangi oleh yang hilang. Unsur yang tua dicirikan oleh kandungan bahan organik yang rendah dan menurun yang menunjukkan bahwa laju pertambahan susut dari tanah menjadi lebih mudah dilapukkan ( Foth, 1998).

Air tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanh hamper seluruhnya berasal dari udara dan atau atmosfer terutama didaerah tropis air hujan itu dapat mrembes ke dalam tanah yang disebut infiltrasi. Sedangkan sisanya mengalir di permukaan tanah sebagai aliran permukaan tanah (run off). Air infiltrasi tadi bila dalam jumlah banyak dan terus merembes kedalam tanah secara vertical dan meninggalkan daerahnya perakaranya yang disebut perkolasi, yang akhirnya sampai pada lapisan yang kedap air yang kemudian ekumpul disitu menhjadi air tanah atau sering disebut ground water. Mengetahui banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman adalah penting sekali terutama dalam hal penentuan pemberian air pada tanaman atau pengairan tanaman agar supaya tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan air ( Foth, 1998 ).

Material yang tercuci ke bawah ini berkumpul pada horizon B, atau zona akumulasi. Lapisan ini kadang agak melempung dan berwarna merah/coklat karat akibat kandungan hematit dan limonitnya. Kalsit juga dapat terkumpul di horizon B. Horizon ini sering disebut subsoil. Pada horizon B, material Bumi yang masih keras (hardpan), dapat terbentuk pada daerah dengan iklim basah di mana mineral lepung, silika dan oksida besi terakumulasi akibat pencucian dari horizon E. Lapisan hardpan ini sangat sulit untuk digali/dibor. Akar tumbuhan akan tumbuh secara lateral di atasnya dan bukannya menembus lapisan ini; pohon-pohon berakar dangkal ini biasanya terlepas dari akarnya oleh angin (Pairunan, 1985).

Horizon Tanah adalah tanah terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada lapisan yang disebut horizons. Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas (humus dan tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan regolith bedrock) . Asam organik dan CO2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk pada topsoil meresap ke bawah ke horizon E, atau zona pencucian, dan membantu melarutkan mineral seperti besi dan kalsium. Pergerakan air ke bawah pada horizon E membawa serta mineral terlarut, juga mineral lempung berukuran halus, ke lapisan di bawahnya. Pencucian (atau eluviasi) mineral lempung dan terlarut ini dapat membuat horizon ini berwarna pucat seperti pasir ( Hakim, 2007).

Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan  untuk tanaman juga bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik layunya telah ditunjukkan dengan baik ( Buckman, 1992 ).

Struktur tanah, warna tanah, dan kedalaman/solum tanah menentukan besar kecilnya air limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah bersolum dalam (>90 cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebgian kecil yang menjadi limpasan permukaan (longsor). Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal struktur padat, dan penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang terinfiltrasi dan sebgian besar menjadi aliran permukaan (longsor). Macam-macam struktur tanah yaitu granular,kubus, lempeng dan prisma
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal (George, 1980 ).

Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah ( Hajari, 2002).

Klasifikasi struktur tanah (bukan klasifikasi tanah yang cocok untuk usaha pertanian) sangat berkaitan dengan klasifikasi lapangan yang digunakan bagi peelaahan morfologi tanah. Secara umum komponen pengklasifikasian tanah meliputi :
1.      Tipe struktur meliputi bentuk dan susunan agregat.
2.       Kelas struktur meliputi ukuran.
3.      Derajat struktur yaitu kemantapan atau kekuatan agregat (Kartaspoetra dan Mulyani, 1987).

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan ketahanan yang berbeda-beda. Terdapat beberapa bentuk struktur tanah yaitu :
1. Bentuk lempeng (platy)
Sumbu vertikal < sumbu horizontal. Ditemukan di horizon E atau pada lapisan padas liat.
2. Prisma
Sumbu vertikal > sumbu horizontal, bagian atasnya rata. Ditemukan di horizon B pada tanah daerah iklim kering.
3. Gumpal bersudut
Bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut tajam. Sumbu vertikal = sumbu horizontal. Ditemukan di horizon B pada tanah daerah iklim basah.
4. Gumpal membulat
Bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat. Sumbu vertikal = sumbu horizontal. Terdapat pada tanah horizon B umumnya tanah pada daerah iklim basah.
5. Granuler
Berbentuk bulat dengan porous.
6. Remah
Berbentuk bulat dengan sangat porous.
Struktur lempeng mempunyai ketebalan kurang dari 1 mm sampai lebih dari 10 mm. Prisma dan tiang antara kurang dari 10 mm sampai lebih dari 100 mm. Gumpal antara kurang dari 100 mm sampai lebih dari 50 mm. Granuler kurang dari 5 mm sampai lebih dari 50 mm. Granuler kurang dari 1 mm sampai lebih dari 10 mm. Remah kurang dari 1 mm sampai lebih dari 5 mm (Reysia, 1987).

Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasar atas kemantapan atau ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Ketahanan struktur tanah dibedakan menjadi tingkat perkembangan lemah (butir-butir struktur tanah mudah hancur), tingkat perkembangan sedang (butir-butir struktur tanah agak sukar hancur), dan tingkat perkembangan kuat (butir-butir struktur tanah sukar hancur). Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan tingkat kelembaban tanah. Tanah-tanah permukaan yang banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkat perkembangan yang kuat. Tanah yang kering umumnya mempunyai kemantapan yang lebih tinggi daripada tanah basah. Jika dalam mennetukan kemantapan struktur tidak disebutkan kelembabannya, biasanya dianggap tanah dianggap dalam keadaan mendekati kering atau sedikit lembab, karena dalam keadaan tersebut struktur tanah dalam keadaan yang paling baik (Louca, 2004).
Ada enam horizon dan lapisan utama dalam tanah yang masing-masing diberi symbol dengan satu huruf capital yaitu (dari atas ke bawah) O, A, E, B, C dan horizon yang berbentuk batuan atau horizon R.Horizon C merupakan suatu lapisan yang sukar dipengaruhi oleh proses-proses pembentukan tanah dan tidak memiliki sifat-sifat horizon lainnya.
Menurut Henry D Foth, factor-faktor perkembangan profil tanah yaitu :
1). Iklim, faktor yang paling menentukan dalam perkembangan profil tanah, oleh karenanya karakteristik umum suatu tanah sanagt tergantung pada perubahan kondisi iklim.
2). Tekstur tanah, menunjukkan kasar halusnya dari fraksi tanah halus. Teristimewa tekstur merupakan perbandingan relative pasir, debu dan liat atau kelompok partikel-partikel sekunder dengan ukuran lebih kecil dari kerikil.
3).  Struktur tanah menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah
primer sampai pada partikel-partikel sekunder atau agregat.
4).  Warna tanah, sifat tanah nyata dan mudah dikenali.
5).Batas lapisan tanah. ( Foth, 1998 ).

 DAFTAR PUSTAKA


Buckman, Harry.1992.Ilmu Tanah.Bhratara Karya Aksara: Jakarta.
Foth, Henry.1998.Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University: Yogyakarta.
George.1980.Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Rajagra Findo Persada: Jakarta.
Hajari.2002.Ilmu Tanah.Bhratara Karya Aksara: Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono.1987.Ilmu Tanah.Rineka Cipta: Jakarta.
Hakim, Muhamad. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.
Kartasapoetra dan Mulyani Sutedjo. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta.
Jakarta.

Louca.2004.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Indonesia Timur.
Pairunan.1985.Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta. Rineka Cipta.
Reysia, Adnan.1987.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung: Lampung.
Tym, Casuial.2001.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT.Rajagara Findo Persada: Jakarta.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar