Kamis, 30 Juni 2016

Contoh Laporan Sifat fisika kayu

 Berikut Contoh Laporan struktur sifat kayu yang berjudul Sifat fisika kayu.

 BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
            Hutan dan kayu merupakan rahmat pemberian Tuhan yang perlu dimanfaatkan sepenuhnya untuk kesejahteraan manusia di muka bumi. Hanya masalahnya sekarang bagaimana manusianya itu sendiri. Itulah sebabnya dengan mengenal lebih banyak mengenai seluk-beluk kayu, kayu akan dapat dikelola secara mantap dan terarah, agar dapat berperan sesuai dengan fungsinya, bagi bangsa dan negara Indonesia khusunya.
           Kayu sebagai salah satu sember daya yang ada dihutan merupakan salah satu material yang banyak dipergunakan sebagai bahan konstruksi bangunan dan bahan baku meubel. Berbagai keunggulan kayu menyebabkan kayu masih banyak diminati para penggunanya walaupun sekarang ini telah banyak material lain seperti baja, beton, plastik, dll yang notabene juga dapat dipergunakan sebagai bahan konstruksi dan meubel.
           Kayu telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan oleh manusia sejak zaman dahulu. Dengan berbagai kegunaannya, kayu tetap eksis sampai saat ini. Penggunaan kayu tidak terbatas untuk peralatan rumah tangga (interior) saja, tetapi digunakan juga untuk keperluan eksterior, misalnya untuk pembuatan jembatan. Sedangkan dengan warna dan coraknya yang dekoratif, beberapa jenis kayu digunakan untuk membuat benda-benda yang bernilai seni tinggi.
           Mengenal suatu bahan kayu dengan tujuan digunakan, merupakan hal yang penting, baik bagi para usahawan yang bergerak dalam industri kayu, maupun para pemakai kayu lainnya. Setiap macam penggunaan kayu membutuhkan beberapa faktor persyaratan tertentu.
           Setiap kayu mempunyai ciri tersendiri baik sifat kimia, fisik/mekaniknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu diantaranya adalah ; faktor biologis (mikroorganisme yang menyerang kayu), kadar air, berat jenis kayu. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dimanipulasi sehingga upaya pencegahan gangguan kekuatan kayu dapat dipertahankan, misalnya upaya pengawetan dengan zat kimia, pengeringan dan manipulasi percepatan tumbuh.
           Perlu diketahui bahwa Indonesia memiliki sumber potensi hutan yang tidak sedikit, sekitar 4000 jenis kayu. Dari jumlah tersebut hanya sebagian kecil saja yang telah diketahui sifat serta kegunaanya dan jumlah ini pun masih juga belum memenuhi sasaran tujuan pemakaian. Sebagian besar masyarakat masih cenderung menggunakan jenis kayu tertentu.
          Kayu nyatoh atau nantu (Palaquium spp) termasuk jenis kayu yang tidaklah sulit untuk ditemukan alias sangat mudah, baik di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan daerah lain di Indonesia. Menurut indonesianforest.com, persebaran kayu nyatoh terjadi di seluruh wilayah di Indonesia. Itu berarti kayu nyatoh ini memang dikenal mudah untuk ditemukan.
           Kayu nyatoh termasuk salah satu jenis kayu pertukangan yang memiliki bobot lumayan berat, mungkin bobotnya tidak jauh beda dengan bobot jenis kayu pertukangan lain seperti bobot kayu jati ataupun bobot kayu sonokeling. Selain itu, kayu nyatoh juga termasuk jenis kayu pertukangan yang memiliki daya retak cukup tinggi, hampir sama kalau dibandingkan dengan daya retak kayu akasia.
           Meskipun kayu nyatoh ini tergolong jenis kayu yang mudah retak, tapi dalam prakte knya, kayu nyatoh ini cukup banyak digunakan. Terutama dalam industri perkayuan, kayu nyatoh sangat populer digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan berbagai macam produk berbahan kayu seperti playwood, kraft paper, parket, dan aneka perabotan rumah tangga seperti furniture, pintu dan jendela. Selain itu, kayu nyatoh juga biasa digunakan oleh masyarakat sebagai kayu bangunan yakn digunakan sebagai material dalam pembuatan bangunan.
           Karena cukup banyak digunakan, jadi permintaan pasar terhadap kayu ini tergolong cukup tinggi. Dan tentunya hal tersebut menjadikan kayu nyatoh sebagai salah satu jenis kayu yang memiliki nilai komersial cukup baik di pasaran.
1.2       Tujuan praktikum

    Untuk mengetahui   Kadar air yang terkandung pada kayu nyatoh/nantu (Palaquium Spp.)
    Untuk mengetahui Kerapatan basah dan kerapatan BKT kayu nyatoh/nantu (Palaquium Spp.)
    Untuk mengetahui Dimensi/ persentase penyusutan kayu nyatoh/nantu (Palaquium Spp.) setelah di oven pada suhu konstan ± 115ºC dalam waktu 24 jam.


BAB II
METODE PRAKTEK
2.1.      Waktu dan Tempat
          Praktikum struktur sifat kayu ini dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 24 dan 25 april 2014 (pada pukul 13.00 – 14.30 wib), di Laboraturium kehutanan, universitas tadulako, palu.
2.2.      Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
·         Alat tulis
·         Timbangan (neraca)
·         Oven
2.2.2 Bahan
·      Contoh kayu (kayu nantu dengan ukuran panjang x lebar x tinggi masing-masing 1,9 cm, 11,83 cm dan 2,26 cm)
2.3.     Cara kerja
2.3.1   Menghitung Kadar Air Kayu
                     Menghitung Kadar Air Kayu dilakukan dengan cara menimbang berat awal kayu (BA = Berat kayu + air), kemudian kayu dikeringkan dalam tanur dengan suhu 115ºC  selama + 24 jam. Selanjutnya dinginkan  dan timbang sampai beratnya konstan  dan diperoleh berat kayu kering tanur(BKT). Selisih antara keduanya adalah jumlah air.
                  Kadar air didalam kayu dinyatakan dalam persentase dari berat kering tanur kayu. Berat kering tanur  digunakan sebagai dasar, karena  berat ini merupakan petunjuk banyak zat pada kayu. Rumus untuk menentukan kadar air kayu adalah:
         KA   =   BA - BKT x 100%
                               BKT

       Ket:   BA     = Berat Awal
                BKT   = Berat kering tanur

2.3.2   Menghitung kerapatan kayu (kr)
           1. Kerapatan kayu basah
Menghitung kerapatan kayu basah dilakukan dengan cara membandingkan berat awal kayu terhadap volume basah. Persamaan yang digunakan adalah:
Kr basah =     Berat awal
                    Volume basah
2. Kerapatan BKT
Menghitung kerapatan BKT dilakukan dengan cara membandingkan berat kering tanur terhadap volume kering. Persamaan yang digunakan adalah:
Kr BKT    =            BKT        
                       Volume kering

2.3.3   Penyusutan dimensi kayu/persentase penyusutan (%)
              Dalam menentukan besarnya penyusutan, dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut :
      D (%) = Dimensi awal - Dimensi akhir x 100 %
                                 Dimensi akhir

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1       Hasil
            Dari pengukuran selama praktikum dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Tabel hasil pengamatan
Kayu
   
Panjang (cm)
   
Lebar (cm)
   
Tinggi (cm)
   
Volume (cm2)
   
Berat (gram)
Awal
   
1,95
   
11,83
   
2,26
   
P x L x T = 52,13
   
22,74
Akhir
   
1,9
   
11,5
   
2,2
   
P x L x T = 48,07
   
20,23

1.    Kadar air (%)
      Ka(%)     =   BA - BKT x 100%
                               BKT
          = 22,74 - 20,23 x 100%
                     20,23
          = 12,40
2.    Kerapatan (Kr)
a.     Kerapatan BKT
      Kr BKT    =      Berat awal
                            Volume basah
                      =  0,43
b.     KerapatanBKT

  Kr BKT       =     Berat awal
                         Volume basah
                    = 0,42
3.    Dimensi
     D (%) = Dimensi awal - Dimensi akhir x 100 %
               Dimensi akhir
=  52,13 - 48,07   x 100 %
         48,07
= 7,78

3.2       Pembahasan
        Kayu adalah salah satu hasil dari sumber kekayaan alam (hutan), merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi.
         Dari tabel 1. (tabel hasil pengamatan) dapat kita lihat ukuran volume kayu yang berkurang setelah dilakukan pengurangan kadar air (pengovenan) pada kayu tersebut. Dimana ukuran volume awal kayu tersebut (sebelum di oven) adalah 52,13 cm3, setelah dioven selama 24 jam pada suhu yang dikontrol ±115 ºC volume kayu menyusut menjadi 48,07 cm3 yangsecara tidak langsung juga mengakibatkan berkurangnya bobot kayu dari 27,74 gram menjadi 20,23 gram.
        Pengurangan volume dan bobot kayu tersebut di karenakan Kayu bersifat menyerap air pada kondisi kering dan akan melepaskan air pada kondisi lebih basah dari lingkungannya. Ini menyebabkan kayu memiliki karakterisrik yang unik dibandingkan bahan lain yaitu mengalami kembang susut yang berbeda pada arah tiga dimensinya (tangensial, radial dan longitudinal). Penyusutan / pengembangan terbesar terjadi pada arah tangensial diikuti arah radial dan longitudinal. Dengan kata lain bahwa Perubahan kadar air juga diikuti oleh perubahan dimensi kayu. Dalam proses pengeringan kayu akan terjadi perubahan dimensi yang disebut dengan penyusutan (shrinkage), dimana penyusutan arah radial (lebar) lebih besar daripada penyusutan longitudinal (panjang).
            Kandungan air yang terkandunssg didalam kayu kadangkala beratnya lebih besar dari berat kayu itu sendiri. Kandungan air ini dapat mempengaruhi karakteristik dari kayu seperti berat, kekuatan, dan penyusutan. Kandungan air juga memungkinkan terjadinya serangan dari berbagai serangga dan jamur yang dapat membuat kayu menjadi rapuh dan juga dapat merusak struktur penyusun kayu tersebut.
            Ada tiga macam kadar air pada kayu, yaitu kadar air basah, kadar air kering udara, dan kadar air kering mutlak. Kadar air juga dipengaruhi oleh keadaan udara disekitar kayu yaitu suhu udara dan kelembaban relatif. Semakin besar suhu udara disekitar kayu, maka kadar air akan semakin rendah dan berbanding terbalik dengan kelembaban relatif.
            Secara umum, air dalam kayu  mengisi sel-sel penyusun kayu pada bagian dinding sel dan lumen (rongga sel). Selain itu ada juga air yang terdapat pada noktah dan mikrovoid serta uap air pada rongga. Air yang terdapat pada dinding sel disebut air terikat (bound water) yang mempengaruhi berat dan dimensi kayu, sedangkan air yang terdapat pada rongga sel disebut air bebas (free water) yang mempengaruhi berat kayu.
            Karena kadar air berpengaruh terhadap karakteristik kayu, maka perlu diketahui secara pasti kadar air dari kayu tersebut. Kadar air pada kayu berbeda untuk setiap kondisi cuaca, namun akan relatif tetap untuk kayu yang berada pada kondisi kering udara.

BAB IV
PENUTUP
4.1       Kesimpulan

     Kayu memiliki kadar air yang terkandung di dalamnya.
    Semakin besar kadar air maka makin besar volume dan makin berat bobot kayu tersebut, dan sebaliknya bila kadar airnya rendah maka makin kecil volume kayu tersebut.Kadar air berpengaruh terhadap karakteristik kayu.
     Kadar air yang terkandung pada kayu yang di amati adalah ± 34,65 %
    Kerapatan basah dan kerapatan BKT kayu maasing-masing adalah 0,47 dan 0,42
     Dimensi/ persentase penyusutan kayu adalah 7,78



Tidak ada komentar:

Posting Komentar